TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER
STUDI KASUS “SPONGE
BOB: MEMBUAT ANAK MALAS BELAJAR”
DITINJAU DARI
ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
Dosen Pengampu : Dr. Maemonah, M.Ag
Kelompok 16
Siti Isofah 14480167
Ummu Sa’adah 14480164
A. Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi saat ini telah menjalar dan memasuki
setiap dimensi aspek kehidupan manusia. Teknologi informasi memainkan peran
yang besar didalam kegiatan bisnis, perubahan struktur organisasi, dan
manajemen organisasi. Dilain pihak, teknologi informasi juga memberikan peranan
yang besar dalam pengembangan keilmuan dan menjadi sarana utama dalam suatu
institusi akademik. Mengutip apa yang dikatakan Kadir, secara garis besar,
teknologi informasi memiliki peranan : 1) dapat menggantikan peran manusia,
dalam hal ini dapat melakukan otomasi terhadap tugas atau proses; 2) memperkuat
peran manusia, yakni dengan menyajikan informasi terhadap suatu tugas dan
proses; 3) berperan dalam restrukturisasi terhadap peran manusia, dalam
melakukan perubahan-perubahan terhadap kumpulan tugas dan proses.[1]
Berdasarkan pemahaman di atas, maka kehadiran teknologi informasi telah
memberikan kekuatan dan merupakan potensi besar apabila dimanfaatkan dengan
baik.
Televisi sebagai sumber sekaligus media pembelajaran diharapkan menjadi
bagian dari suatu proses pembelajaran dan mampu memberikan dukungan bagi
terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara pendidik dengan anak didik
sebagaimana dipersyaratkan dalam kegiatan pembelajaran. Indikator
yang dapat digunakan sebagai paramater, yaitu; dapat berfikir secara sehat serta
mampu dan sanggup berdiri sendiri tanpa menggantungkan kepada orang lain.
Sanggup mengambil keputusan pasti mengenai sikap hidup dan tanpa ragu-ragu
dengan catatan dapat menerima pandangan atau bantuan fihak lain secara
obyektif. Mampu bertanggung jawab atas segala sikap dan tingkah lakunya dan
perbuatan yang dijalankannya. Dapat menerima dan memberi dan merasakan dalam
persahabatan dan cinta yang nyata. Mampu menyeimbangkan antara emosi dengan
rasionya dalam segala aspek keperluan pemenuhan fisik dan rohaninya yang
dimanifestasi dalam tingkah lakunya. Mampu menyeimbangkan antara keperluan
pribadi dengan tuntutan masyarakat atau kewajiban berbakti kepada Tuhan dan
melaksanakan sosial kemasyarakatan. Mempunyai kesadaran sosial sehingga ia
mampu menjadi warga dewasa atau masyarakat atau warga negara yang baik.[2]
B. Landasan
Teori
Anak adalah makhluk yang
sedang dalam taraf perkembangan, yang
mempunyai perasan, pikiran, kehendak tersendiri, yang kesemuanya itu
merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta strukturnya berlainan pada
tiap-tiap fase perkembangan.[3]
Dalam kaitannya dengan
definisi atau pengertian perkembangan anak, banyak para ahli yang berpendapat. Menurut Kasiram, perkembangan adalah
"suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan terus menerus,
baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran dari hal-hal yang
telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur-unsur yang baru".[4]
Dan perkembangan menurut
Lefrancois adalah "perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematik baik
mengenai fisik maupun psikis".[5]
Jadi perkembangan anak
berarti suatu rangkaian perubahan yang sistematis dari seluruh unsur-unsur yang
saling mempengaruhi dan yang menjadi kekuatan dalam diri anak untuk menuju
kesempurnaan sebagai manusia.
Periodesasi perkembangan
anak dari sejak lahir secara umum mencakup 9 tahapan,[6]
yaitu:
1.
Tahap perkembangan prenatal (umur 2,5-9 bulan
dalam kandungan). Pada tahapan ini perkembangan lebih bersifat pada pematangan
fungsi saraf serta refleks untuk menggerakkan tubuh bayi.
2.
Tahap perkembangan vital (sejak lahir/0-2 tahun).
Pada tahapan ini perkembangan pada tahun pertama terjadi terutama pada:
a.
Fungsi fisiologis;
menggerakkan anggota badan
b.
Fungsi psikologis; heran, terkejut, mengamati
stimuli dengan indra
c. Fungsi sosial;
menangis, meraba, mengenal bahasa isyarat.
Pada tahun kedua perkembangan meningkat menjadi :
a.
Fungsi fisiologis; dapat merambat, melempar dan
berjalan
b.
Fungsi psikologis; mengenal orang, suara, benda
dan pembiasaan
c.
Fungsi sosial; dapat menyatakan keinginan, menolak
dll.
3.
Tahap perkembangan ingatan (umur 2-3 tahun),
berkembangnya ingatan pada tahap ini dibarengi dengan dapat berfungsinya indera
pengamatan.
4.
Tahap perkembangan keakuan dan imajinasi (umur 3-4
tahun), pada tahapan ini anak ingin mendapat perhatian dan mengharapkan
keunggulan.
5.
Tahap perkembangan pengamatan (umur 4-6 tahun), fungsi
pengamatan dalam usia ini sudah sempurna dan dominan, sehingga mempengaruhi
perkembangan aspek-aspek pribadi anak.
6.
Tahap perkembangan intelektual (umur 6/7-12/13 tahun).
Tahap ini di mulai ketika anak sudah dapat berpikir atau mencapai hubungan
antar kesan secara logis serta membuat
keputusan tentang apa-apa yang dihubungkan secara logis.
7.
Tahap perkembangan pra remaja (umur 13-16 tahun), masa
pra remaja sering tidak dapat dirasakan oleh individu, karena terjadinya
mendadak dan sekejap. Dan masa ini bersamaan dengan masa puber.
8.
Tahap perkembangan
remaja (umur 16-20 tahun), pada tahap ini anak mulai terdorong untuk mencari pedoman
hidup yang bernilai bagi dirinya
9.
Tahap perkembangan
kedewasaan (umur 21 tahun ke atas), pada tahap terakhir ini seseorang sudah
siap untuk mandiri dalam kehidupan. Dan bisa dikatakan sebagai individu uang
sempurna.
Seiring perkembangan teknologi dan
informasi yang dikaitkan
dengan aspek perkembangan anak, maka
perkembangan anak meliputi:
1. Bahasa
Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan
berpikir individu, tampak dalam perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan
membentuk, pengertian menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Clara dan
William Stern, membagi perkembangan bahasa menjadi empat masa, yaitu :
- Kalimat satu kata : 1-1,5 tahun
- Masa Memberi Nama : 1,5-2 tahun
- Masa Kalimat Tunggal : 2-2,5 tahun
- Masa Kalimat Majemuk : 2,5 tahun – seterusnya
2.
Sosial
Perkembangan sosial adalah proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan
diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama. Berkaitan
dengan interaksi anak dengan lingkungannya, misalnya di usia setahun, anak
sudah bisa bermain dengan teman-teman seusianya. Ada beberapa pola bermain pada
anak, yaitu :
a.
Bermain dengan mainan, terjadi pada permulaan awal masa kanak-kanak. Seiring dengan meningkatnya kontak sosial dan
sadarnya anak bahwa mainannya tidak mempunyai sifat hidup lagi maka bermain
seorang diri menjadi tidak menyenangkan lagi.
b.
Drama / bermain peran, usia tiga tahun anak mulai melakukan permainan
dengan berdasarkan pengalaman, dongeng-dongeng
atau film-film yang pernah dilihatnya.
c.
Konstruksi, yakni anak-anak membuat konstruksi dari balok, pasir, tanah
liat dan lain-lain, berdasarkan apa yang dilihatnya.
d.
Permainan, terjadi pada usia empat tahun anak-anak lebih suka bermain dengan teman sebayanya
daripada dengan orang dewasa. Bentuk permainannyapun sudah mengenal aturan.
3. Moral
Moralitas merupakan kemauan
untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral,
nilai-nilai moral itu seperti: seruan untuk berbuat baik untuk orang lain,
memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan, dan memelihara
berhak orang lain serta larangan mencuri dan perbuatan-perbuatan jelek lainnya.
Sedangkan Perkembangan kognitif anak usia 2-6
tahun (preoperasional) menurut Piaget adalah anak pada masa kanak-kanak dapat
realitas dirinya dengan simbol-simbol; seperti imajinasi mental, kata-kata,
gerakan tubuh. Objek dan kejadian belum terfikir, anak gagal untuk membedakan
pandangan dirinya dan pandangan orang lain, masih dikuasai oleh pemahaman di
permukaan, masih dibingungkan oleh hubungan sebab-akibat.
Menurut Moh. Kasiram
perkembangan psikis anak pada periode ini, antara lain :
a.
Perkembangan pencerapan
b. Perkembangan
ingatan
c. Perkembangan
fantasi
d. Perkembangan
pikiran
e. Perkembangan
perasaan
f. Perkembangan
kemauan.[7]
Seperti dijelaskan di
atas bahwa perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung
secara teratur dan terus menerus baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah
atau ukuran-ukuran dari hal-hal yang telah ada maupun perubahan karena
timbulnya unsur-unsur yang baru. Secara umum perkembangan jiwa anak dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Perkembangan
Pencerapan/Pengamatan
Dalam pandangan Zulkifli
dijelaskan bahwa "perkembangan pengamatan merupakan peralihan dari
keseluruhan menuju kepada bagian-bagiannya, menerima tanpa kritik menuju arah
pengertian, dari alam khayal menuju alam kenyataan".[8]
2.
Perkembangan
ingatan
Pada masa ini anak lebih
mudah mengingat sesuatu yang berhubungan dengan gerakan-gerakan (ingatan
motoris), kemudian timbul ingatan mekanis, dan ingatan inilah yang terus
berkembang dan mempengaruhi cara mengingat anak pada masa puber. karena
sifatnya mekanis maka hal-hal yang sering diulang, dilatihkan, dibiasakan akan
mudah diingat oleh anak. Makin bertambah umur anak, luas ingatan makin
bertambah pula, dan berbarengan dengan itu mulai muncul pula ingatan logis.[9]
3.
Perkembangan
fantasi
Perkembangan fantasi anak
pada masa ini berbeda dengan masa kecil, ia seakan-akan ingin melakukan sendiri
apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam sebuah cerita.[10] Perkembangan fantasi anak pada masa
ini menurut Kasiram dijelaskan sebagai berikut :
Umur
7,0-8,0 tahun
Anak
masih senang pada dongengan khayal, tetapi karena inteleknya sudah mengalami
kemajuan, maka dia sudah dapat mengoreksi dongeng-dongeng yang tak masuk akal,
ia hanya mau cerita yang dapat diterima akalnya.
Umur
8,0 tahun keatas
Fantasi bebas sudah mulai berkurang dan
berangsur-angsur berubah ke fantasi terikat dan teratur. Anak mulai tertarik
pada cerita-cerita sejarah Nabi dan lain-lain[11]
4.
Perkembangan
pikiran
Menurut RJ Havighurst
dalam Kasiram, bahwa perkembangan pikiran itu pada mulanya adalah belajar
mengartikan kata-kata dan belajar berbicara. Kemudian berkembang pengertiannya
terhadap fakta-fakta (faktual information) dan selanjutnya berkembang
pula kemampuan untuk berpikir abstrak (reasoning).[12]
5.
Perkembangan
perasaan
Anak-anak memiliki
perasaan yang lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan perasaan orang dewasa.
Tetapi pengaruh perasaan itu lebih rendah jika dibandingkan dengan pengaruh
perasaan anak kecil. Anak sekolah lekas merasa puas, tampaknya mereka selalu
gembira, jarang bahkan tidak pernah menyesali perbuatannya. Mereka belum mampu
turut merasakan kesusahan yang dirasakan orang lain.[13]
6.
Perkembangan
kemauan
Pada dasarnya anak usia
sekolah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menaruh perhatian terhadap dunia luar,
selalu aktif dalam kegiatan lingkungannya, namun suka bertanya-tanya karena
perhatiannya sangat tajam. Mereka seperti seorang realis kecil; ingatannya
sangat setia dan kemauan belajarnya sangat kuat. Karena itu perlu diberi
motivasi disamping kita harus menjauhkan saran dan sugesti negatif yang
dilarang oleh ajaran agama seperti bersifat asosial dan asusila.[14]
C. Kasus
Harian Kedaulatan rakyat,
dalam kaitannya dengan aspek perkembangan anak, menyebutkan tentang dampak negatif dari film kartun yang ditayangkan oleh televisi
swasta. Bertempat di @Hom Platinum Gowongan Hotel dalam acara Sosialisasi
Penyiaran yang dihadiri oleh Komisioner Bidang Isi Siaran KPI Pusat Agatha Lily
Ssos, Msi, Tri Suparyanto (Ketua KPID DIY), Dyna Herlina Suwarto Msc (Peneliti
Rumah Sinema) serta Maruli Matondang (Sekretaris KPI Pusat) membahas tema “Tayangan
yang Cerdas dan Sehat untuk Anak dan Remaja”.
Berbagai macam tayangan televisi yang disajikan untuk anak-anak seperti
film-film kartun tidak semuanya cocok untuk mereka karena dalam beberapa film
kartun banyak ditemukan pesan yang kurang mendidik bahkan banyak yang
mengandung unsur kekerasan sehingga tidak cocok untuk anak-anak dan remaja. Selain itu, film-film kartun juga menyebabkan anak
untuk malas belajar dan sekolah karena telah kecanduan menonton
tayangan-tayangan yang disajikan televisi tersebut.
Menurut Agatha Lily, salah satu tayangan kartun yang melanggar adalah
‘Sponge Bob’ yang mengisahkan tentang tokoh yang malas belajar, tapi bisa
sukses dan memiliki banyak teman. Tontonan tersebut menyebabkan anak menjadi
malas sekolah seperti ‘Sponge Bob’ karena mereka beranggapan bahwa meskipun
‘Sponge Bob’ malas belajar tetapi tetap bisa berhasil bahkan banyak teman yang
mau bergaul dengannya.
Karena pada umumnya anak memiliki karakteristik meniru atau mengidolakan
seorang tokoh maka pengaruh tayangan televisi sangat berperan besar dalam
membantu perkembangan pola pikir seorang anak dan menentukan kepribadian anak. Apabila setiap harinya anak disuguhi dengan
tayangan-tayangan yang kurang mendidik serta mengandung nilai-nilai negatif
maka besar kemungkinan anak Indonesia menjadi anak yang kurang bermoral serta
memiliki latar belakang pendidikan yang kurang bermutu.
Oleh karena itu, hendaknya pemerintah memberikan langkah tegas kepada
industri penyiaran televisi dalam mengatur dan menggunakan frekuensi siaran
untuk membatasi tayangan-tayangan yang kurang mendidik tersebut. Dengan
dibentuknya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
mudah-mudahan bisa membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang
merampas hak anak dalam memperoleh tayangan-tayangan atau sajian televisi yang
bersifat mendidik dan membantu mengembangkan pola pikir mereka menjadi lebih
baik dan terarah.
Selain itu, orang tua juga mempunyai peran penting dalam mendampingi dan
memberikan pengawasan terhadap apa yang ditonton oleh anak mereka apakah
tontonan yang sedang dinikmati oleh anak mereka merupakan tontonan yang layak
untuk dikonsumsi oleh anak seumur anak mereka atau tidak. Semua upaya yang dilakukan tersebut semata-mata hanya
untuk mendidik dan membuat psikologis anak mereka menjadi lebih baik.
D. Analisis
Berdasakarkan hasil pengamatan kami dalam analisa film Sponge
Bob, pengaruh film Sponge Bob terkait aspek perkembangan anak antara lain sebagai berikut :
a.
Banyak ditemukan pesan yang kurang mendidik.
Pesan tersebut dapat ditemukan dalam bentuk tindakan dan ucapan yang dilakukan
para tokoh dalam Sponge Bob yang kurang baik. Seperti saling mengejek dan
menjatuhkan sesama teman, sering melecehkan moral sesama, tidak ramah terhadap
tetangga antar peran. Hal semacam ini sangat mempengaruhi aspek moral,
intellegensi, dan sosial anak.
b.
Mengandung unsur kekerasan sehingga tidak cocok untuk
anak-anak dan remaja. Sebagaimana anak merupakan tokoh dalam
tahap meniru, maka contoh kekerasan tidak cocok diberikan pada anak, karena hal
ini dapat memacu potensi anak untuk meniru perbuatan tersebut.
c. menyebabkan anak
untuk malas belajar dan sekolah karena telah kecanduan menonton tayangan-tayangan
yang disajikan televisi tersebut. Hal ini ditegaskan lagi
bahwa tayangan Sponge Bob hadir setiap hari dipagi hari, sehingga membantu
menghambat motivasi anak dalam berangkat sekolah jika sudah kecanduan.
d.
Pada umumnya anak memiliki karakteristik meniru atau
mengidolakan seorang tokoh maka pengaruh tayangan televisi sangat berperan
besar dalam membantu perkembangan pola pikir seorang anak dan menentukan
kepribadian anak.
e.
Pengaruh moral dan
pendidikan menjadi tidak bermutu, yakni adalah ‘Sponge Bob’ yang mengisahkan tentang tokoh
yang malas belajar, tapi bisa sukses dan memiliki banyak teman.
f.
Menambah
pengetahuan bagi anak.
g.
Mengajarkan arti
persabahatan
h.
Selalu gembira
menjalani hidup. Hal ini bisa dilihat bahwa musuh terbesar dalam hidup Sponge
Bob adalah kesedihan. Sponge Bob sangat benci bersedih, ia selalu riang
menjalani hidup, selalu tersenyum, tertawa riang, yang akan membuat hidup lebih
berwarna dan menjauhkan diri dari penyakit.
E. Rekomendasi
Dengan adanya tayangan Sponge
Bob yang memiliki analisa negatif lebih banyak daripada nilai positifnya,
sebaiknya sebagai :
a.
Keluarga
1)
Memberikan
pengawasan terhadap anak dalam menyaksikan siaran televisi
2)
Memberikan
motivasi mendidik kepda anak terkait bagaimana menyikapi beberapa film yang
memiliki pengaruh, khususnya terhadap aspek-aspek perkembangan anak.
3)
Mencari alternatif
kegiatan yang lebih menarik dari sekedar menonton tv, seperti bermain bersama,
belajar bersama, dan sebagainya
b.
Guru/ Pendidik
1)
Memberi bekal
moral guna menyaring pengaruh-pengaruh yang mungkin muncul dalam menyerap
informasi televisi
2)
Memotivasi anak
dalam belajar agar diterima secara menyenangkan, guna mengalihkan perhatian anak
terhadap siaran tv yang kurang mendidik.
DAFTAR
PUSTAKA
Barnadib, Imam. 1986. Filsafat Pendidikan
Suatu Tinjauan. Yogyakarta : Andi Offset
Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem
Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Kasiram, Muh.1983.Ilmu
Jiwa Perkembangan; Bagian Ilmu Jiwa Anak. Surabaya : Usaha Nasional.
Qomar,
Mujamil. 1993. Meniti Jalan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sujarwanto, Agus. 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suyadi, 2009. Ternyata
Anakku Bisa Kubuat Genius. Jogjakarta :Power Books.
Zulkifli, 2002. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
[1]Abdul Kadir, Pengenalan Sistem
Informasi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), h. 23.
[2] Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak dalam Islam. (Surabaya: Bina
Ilmu, 1983), h. 128-129.
[3] M. Kasiram, Ilmu Jiwa
Perkembangan; Bagian Ilmu Jiwa Anak. (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), 11.
[4] Ibid., 29.
[5] Definisi ini dikutip oleh Mujamil Qomar, Meniti Jalan Pendidikan
Islam. Akhyak (ed.) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 406.
[6] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan;
Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 70.
[7] Kasiram, Ilmu Jiwa
…,76-83.
[8] Zulkifli, Psikologi
Perkembangan. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), 56.
[9] Ibid., 80.
[10] Agus Sujarwanto, Psikologi
Perkembangan. (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 79.
[11] Kasiram, Ilmu Jiwa …, 81.
[12] Kasiram, Ilmu Jiwa …,
81-82.
[13] Zulkifli, Psikologi …,
59.
[14] Ibid., 62.